Kamis, 13 Juni 2013 siang hari saya dan Teguh diajak oleh Mbak Riana menengok seorang buruh migran perempuan dari Indramayu yang sedang dirawat di RS.Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur. Dia dirawat di Pusat Layanan Terpadu korban kekerasan/trafficking terhadap perempuan dan anak. Ruang perawatan Pusat Layanan Terpadu terletak tersendiri terpisah dari ruang rawat pasien umum. Letak bangunannya agak di belakang dengan ruangan perawatan yang cukup bagus.
Buruh Migran yang akan ditemui dirawat di lantai dua, Pusat Layanan Terpadu RS.Polri Sukanto. Luki nama buruh migran itu, perempuan muda berusia 24 tahun yang sudah memiliki seorang putra berusia 3 tahun. Ketika pertama kali melihatnya, saya sangat kaget melihat tampilan fisiknya. Tubuh Luki sangatlah kurus apalagi dibanding dengan saya yang sangat gemuk. Berat badannya hanya 25 kg saja. Saat bersalaman dengannya yang terasa hanyalah tulang belulang saja saking kurusnya.
Dengan tubuh berbaring dan ada selang cairan infus ditangannya kami mengobrol. Oh ya ditengah-tengah obrolan kami,seorang perawat menganti cairan infus dengan cairan darah. Rupaya Luki tubuhnya membutuhkan darah juga. Sekantong darah B+ sebanyak 220ml mengalir ke dalam tubuhnya melalui selang infus.
Luki terdiagnosa sakit TB paru-paru, selain harus mengobati sakit TBnya dia harus diperbaiki gizinya. Dokter menyarankan agar minimal sehari 6 butir telur dikonsumsi untuk memperbaiki kekurangan gizinya.
Luki pergi mengadu nasib ke Johor, Malaysia selama 7 bulan. Selama itu pula Luki tidak mendapatkan upah dari pekerjaannya. Alasannya karena selama bekerja di Malaysia dia kerap berganti-ganti majikan. Juga disebabkan Luki sakit-sakitan ketika bekerja jadi dinilai majikannya tidak maksimal bekerja. Yang lebih parah biaya beli obat warung diklaim oleh majikannya telah menghabiskan upahnya bekerja.
Jadi obat-obat warung biasa yang kita ketahui sangat murah, diklaim oleh majikannya sangat mahal sehingga menghabiskan gajinya selama di Malaysia. Alhasil, ketika dipulangkan ke Indonesia, Luki diberi uang hanya cukup untuk membayar biaya transportasi dari Johor, Malaysia sampai Batam saja. Dari Batam hingga ke rumahnya di Indramayu ditanggungnya sendiri. Saya tidak sempat bertanya bagaimana uang transportasi dari Batam ke Indramayu bisa diperoleh.
Dugaan saya, Luki pergi menjadi buruh migran tidak mengikuti syarat tes kesehatan. Sehingga tubuhnya yang sakit tidak terditeksi, alhasil dia terkapar sakit di negeri orang dan berstatus buruh migran. Meski Luki beruntung tidak mendapat kekerasan fisik dari majikannya tetapi terjadi eksploitasi dan penipuan terhadap dirinya. Yaitu tadi, Luki dibohongi bahwa gajinya sudah habis buat biaya berobatnya, padahal layanan kesehatan tidak diperolehnya. Luki hanya mengkonsumsi obat-obatan warung saja.
Ketika Luki diberi susu kemasan Indomilk tiba-tiba saya lihat matanya berkaca-kaca. Saya tanya kenapa, dia menjawab ingat anaknya. Anaknya yang berusia 3 tahun sangat suka dengan susu dan sosis. Kalau ada uang, anaknya sering minta dibelikan susu kemasan 2 buah dan sosis 2 bungkus.
Saya bertanya dikasih obat penambah nafsu makan nggak? Luki bilang tidak diberi obat itu karena nafsu makannya masih lumayan. Luki bercerita, sebenarnya nafsu makannya lumayan tinggi hanya dia bingung darimana dapat uang untuk membeli makanan jika nafsu makannya tinggi. Luki tidak punya uang, makanya dia membatasi diri untuk makan.
Benar juga pemikirannya tentang hal itu. Kalau Luki ingin makan terus, darimana dia dapat bahan makanannya, sementara uang untuk membeli bahan makanannya tidak ada.
Saya berbagi pengalaman sebagai orang yang pernah menderita TB juga. Hanya bedanya saya TB Otak dan Luki TB Paru-paru, tetapi sama-sama TB kan? Saya bilang kalau pengobatan TB itu tidak boleh malas minum obat harus teratur. Tidak boleh lupa minum obat, karena jika lupa maka pengobatan dari nol lagi.
Luki juga bercerita dia ingin sembuh agar bisa mencari uang untuk kehidupan terutama untuk anaknya. Luki ingin sekali mengelola warnet, rupaya di kampungnya usaha warnet amat mengiurkan dalam meraih keuntungan.
Diakhir pertemuan ini, mbak Riana menempelkan kertas di dinding sebelah Luki berbaring. Rupanya itu adalah surat yang ditulis oleh Luki sehari sebelumnya dan diberikan kepada Mbak Riana. Isi surat itu adalah:
Kalau aku sudah sembuh aku pingin mengajak keluargaku makan makanan seafood dan jalan-jalan.
1. makan kepiting, sotong
2. es krim untuk anak dan adik-adikku
3. makan bakso
4. usaha kecil2Xan
Aku sehat, aku kuat untuk anakku.
Itulah harapan Luki. Saya do’akan semoga Luki cepat sembuh kembali. Sehingga bisa mewujudkan mimpi-mimpinya, aamiin yra….
Jakarta, 18 Juni 2013
Titiana Adinda
No comments:
Post a Comment