Tuesday, January 16, 2007

"Jangan Beri Aku Bunga"

Cerpen dimuat di www.kabarindonesia.com
dengan link:

http://kabarindonesia.com/berita.php?pil=9&dn=20070115114103

=============

Jangan Beri Aku Bunga

Oleh:Titiana Adinda

Aku masih terkejut atas tamparan suamiku setelah aku bertengkar hebat malam ini.Masalahnya sederhana, masakanku terasa terlalu asin baginya.Lagi-lagi kami bertengkar hebat tentang hal-hal sepele.”Kalau masakan kamu asin berarti kamu sudah berani selingkuh”begitu kata Ardan suamiku.Darimana penggandaian antara masakan yang asin dengan perselingkuhan?kataku bertanya dalam hati.

Kalau tidak memikirkan Dita,putriku 3,5 tahun mungkin aku sudah meminta cerai dari suamiku.Tapi kalau aku bercerai,darimana uang untuk menghidupiku dan anakku.Dulu sewaktu menikah aku berhenti dari pekerjaanku sebagai seorang sekretaris direktur.

”Sebaiknya kamu berhenti sayang,kan ada aku yang akan bekerja untuk membiayai kehidupanmu”begitu pinta Ardan sesaat sebelum kami sepakat hendak menikah.Aku bagai tersanjung saat itu,tidak bekerja dan dapat uang secara gratis dari orang yang menyayangiku,aduh selangit rasanya.Ternyata hal itu hanya berlangsung enam bulan diawal pernikahanku.Bulan selanjutnya sangat sulit menerima uang gaji untuk keluarga kami.Aku perlu meminta sambil menangis tersedu-sedu dan dia baru memberikannya.Itupun dengan jalan dilemparkan uangnya kepadaku.Kalau saja aku tidak hamil saat itu,aku sudah melamar kerja lagi.Tapi zaman sekarang kan tidak mudah mendapat pekerjaan.

Selingkuh,ya kata itu yang sering muncul dari mulut Ardan kalau sedang ada masalah.Padahal kemarin saat aku mencuci bajunya kutemui lipstik merah di baju kerjanya.Aku hanya bisa pasrah.Aku ini kan tergantung secara ekonomi kepadanya.Bagaimana mungkin aku menegurnya apalagi menanyakannya.Aku takut.Nanti bukan jawaban yang kudapatkan tapi pukulan ke tubuhku lagi.Aku nggak mau lagi sakit.Lalu siapa yang sebenarnya berselingkuh aku atau dia?

Aku jadi ingat perkataan Widya,sahabatku sejak SMA.”Kamu nggak bisa terus-terusan pasrah,laporkan kegilaan suamimu itu ke kepolisian”begitu ujar Widya suatu kali.Hah..kantor polisi?Aku membayangkan Ardan akan masuk dalam sel penjara.Lalu siapa yang akan menghidupiku?tanyaku dalam hati.

Memang penamparan malam itu bukan yang pertama bagiku.Banyak sekali penamparan dan pemukulan yang aku terima dari Ardan semenjak kami menikah.Alasannya mulai dari hal sepele,misalnya aku lupa menggosok sepatunya suatu pagi.”Jadi istri koq nggak becus kaya kamu,udah nggak menghasilkan uang,nggak perhatian lagi sama aku”begitu kata Ardan suatu ketika.

Kami berpacaran cukup lama 6 tahun,kata orang-orang masa pacaran adalah masa perkenalan pribadi masing-masing.Aku memang mengenalnya tetapi saat pacaran yang tampak hanya sisi baiknya saja.Memberiku sekeranjang coklat saat hari valentine misalnya.Hati siapa yang nggak luluh menerima pinangannya untuk menjadi istrinya.Proses lamarannya pun saat kami sedang candle light dinner di suatu restoran.Setelah makan malam yang romantis itu dia memintaku untuk menjadi istrinya.Betapa bahagia hatiku.

Hari terus berganti,aku hanya menyimpan piluh itu dalam hatiku.Ajaib,tidak disangka-sangka sore itu sepulang dia bekerja dia membawa sebuklet mawar merah.Dia memberinya kepadaku.”Kemarin maaf aku kasar kepadamu,soalnya urusan kantor buat aku suntuk.Dengan mawar ini terimalah maafku”Ujar Ardan sambil memberikan bunga mawar kepadaku dan senyumnya yang membuat aku teringat, aku jatuh cinta karena senyumnya.”Baik,aku maafkan kamu tapi jangan melakukannya lagi ya”pintaku padanya.Ini bukan bunga pertama yang dia berikan tetapi sebelumnya setiap setelah menamparku atau menganiayaku dia selalu memberiku bunga. Malamnya dia mengajakku dan Dita untuk pergi makan malam diluar,refresing katanya.Aku senang bukan main,selain terbebas tugaskan untuk masak malam ini,juga berkumpul bareng dengan Ardan suamiku tercinta,ah rasanya dunia ini indah sekali.

Restoran yang dipilih Ardan adalah sebuah restoran terkenal dan termahal dikota kami.”Memangnya kamu punya uang untuk traktir kami di restoran ini?’tanyaku.”Tenang aja semua bisa aku atasi”ujar Ardan.Padahal baru tiga hari yang lalu aku minta uang untuk kebutuhan rumah dia jawab tidak ada uang.Aku jadi heran sendiri.Sambil dia gandeng tanganku dengan mesra kami memasuki restoran itu.Rasa masakan di restoran itu terasa lebih lezat dengan permintaan maaf Ardan kepadaku.

“Kenapa bisa bajuku ini kelunturan begini?”hardik Ardan mengangetkanku yang sedang memasak makan pagi di dapur.

”Maaf itu nggak sengaja,cucian bajumu bercampur dengan baju baru Dita yang ternyata luntur”kataku memelas bercampur kaget dengan kemarahan Ardan pagi itu.

”Kamu tahu nggak ini belinya pake uang tau!”bentak Ardan lagi.

”Tapikan kelunturannya hanya sedikit, dibagian bawah lagi kan nggak kelihatan kalau kamu masukkan ke celanamu”belaku.

“Alah pake alasan lagi,masa nyuci pakaian gini aja nggak bisa”kata Ardan

Dan tiba-tiba tinju dari tangan kanan Ardan mengarah pada bagian kanan wajahku.

Pelipisku berdarah dan membiru tidak tahan mendapat pukulan dari Ardan lalu aku menangis sejadi-jadinya.Bukannya berusaha mendiamkanku aku ditinggal pergi oleh Ardan.

“Mama sakit ya?”coleteh Dita mengangetkanku.

“Tidak sayang,sudah yuk kita bersiap untuk berangkat sekolah”jawabku

“Mama bohong!Itu kenapa muka dan mata mama berdarah dan memerah?Pasti dipukul papa lagi”kata Dita

“Nggak koq,mama nggak papa?”seruku

“Papa jahat sekali ya ma, buat mama kesakitan dan nangis terus”kata Dita

“Ya udah,yuk kita makan pagi terus berangkat ke sekolahmu!”tangkisku mendengar celoteh Dita.

Setelah selesai mengantar Dita ke playgroup,aku ke dokter pribadiku,untuk memeriksa luka di wajahku ini.

“Kenapa datang lagi”kata dokter Susanto

”Ini dok,mau periksa wajah saya yang habis kejedot pintu”kataku berbohong

“Kejedot pintu apa kejedot pintu?”timpal dokter Susanto sepertinya dia mencurigaiku.

“Bener dok,kejedot pintu tadi pagi”belaku

“Udahlah Astrid jangan berbohong kepadaku,lukanya seperti luka tonjokan koq.Kamu habis ditonjok oleh suamimu ya?Buat apa rumah tanggamu dipertahankan,kalau tiap bulan kamu datang periksa ke sini terus dengan luka yang sama,masa kamu terus-terusan berkata kalau kejodot pintu terus”ujar dokter panjang lebar.

Aku lalu menangis,menyesali kenapa fakta kekerasan yang terjadi padaku aku sembunyikan terus kepada semua orang termasuk ke dokter Susanto,dokter pribadiku sejak kecil.Lalu mulailah aku bercerita kepada dokter Susanto tentang kekerasan yang aku alami dari suamiku.

“Baiklah Astrid,lukamu akan aku obati,tapi kamu sebaiknya mencatat lembaga-lembaga perempuan yang bisa membantu menyelesaikan masalahmu”kata dokter Susanto

Aku memegang kertas berisi nama-nama dan alamat lembaga perempuan itu.Aku gelisah,apakah aku akan bercerita tentang kekerasan yang aku alami dengan orang lain?.Akhirnya aku beranikan diri untuk mengunjugi salah satu lembaga itu.

“Selamat siang bu,ada yang bisa saya bantu”sapa resepsionis salah satu lembaga itu.

“Selamat siang,saya mau mengadu,bertemu dengan siapa ya saya”tanya saya

“Sebentar ya bu,saya panggilkan orangnya”jawab resepsionis itu

Lalu muncullah seorang perempuan muda

“Saya Saskia bu,ada yang bisa saya bantu?”tanyanya

“Saya kesini mau cerita tentang kekerasan yang saya alami dari suami saya”jawab saya

“Mari bu duduk dibangku ruang tamu,dan silahkan ibu cerita”jawab Mbak Saskia

Lalu meluncurlah kisah rumah tanggaku kepada mbak Saskia,tentang pemukulan-pemukulan suamiku kepadaku.

Berkali-kali aku mengunjungi kantor lembaga perempuan itu.Sampai suatu saat Mbak Saskia bertanya kepadaku.

“Bagaimana bu,apakah ibu berani mempermasalahkan secara hukum suami ibu?.Ingat lho bu setiap orang berhak atas bebas dari kekerasan”Ujar Mbak Saskia.”Dan itu hak ibu bebas dari kekerasan dalam rumah tangga sudah dilindungi oleh UU No 23 Tahun 2003 ,artinya hak ibu terjamin oleh undang-undang”ujar Mbak Saskia panjang lebar.

“Ya,saya akan mempermasalahkan suami saya dihadapan hukum mbak!”ujar saya

“Baiklah bu, kita urus gugatan cerai ibu ke pengadilan hari ini.Dan untuk keamanan ibu dan Dita anak ibu sementara bisa tinggal di rumah aman (shelter) kami.

Tiga bulan kemudian.......

“Saya putuskan Ibu Astrid dengan Bapak Ardan resmi bercerai,dan hak pengasuhan anak jatuh ke tangan Ibu Astrid dan atas tindakan kekerasan yang Ibu Astrid alami,kami memutuskan menghukum Bapak Ardan selama 3 tahun”kata hakim yang memimpin kasus ceraiku.

Oh..betapa lega hatiku.Akhirnya aku terbebas dari kekerasan Ardan.Waktu 3 tahun memang terasa kurang dengan penderitaanku akibat kekerasan darinya.Tetapi bebas dari kekerasan dari Ardan adalah impianku.

“Selamat ya say,akhirnya kamu mau juga menuntut suamimu”ujar Widya sahabatku sambil memelukku

”Aku punya kejutan untukmu!”kata Widya lagi,

“Apa?” kataku

“Kamu diterima kerja di kantor pamanku sebagai sekretaris executive,nggak papalah nepotisme dikit ya penting kan sekarang kamu bekerja”ujar Widya tentang status lamaranku ke perusahaan pamannya beberapa saat yang lalu.

“Terima kasih ya Wid,coba aku ikuti perkataanmu sejak pemukulan pertama suamiku padaku”timpalku

“Terima kasih juga ya mbak Saskia atas bantuannya,semoga Tuhan memberi balasan untuk kebaikan mbak”ujarku tulus kepada Mbak Saskia,orang yang selama ini sudah membantuku.

Lebih baik aku tidak memperoleh bunga pemberian Ardan daripada fisik dan psikisku selalu disakiti olehnya,gumamku dalam hati.

========================TAMAT======================================

No comments:

Post a Comment