Monday, May 29, 2017

RESENSI BUKU : Cinta di Tanah Haraam


RESENSI BUKU

Judul Buku                          : Cinta di Tanah Haraam
Penulis                                 : Nucke Rahma
Penerbit                              : Onblos Creative Mandiri
Halaman                              : xvi + 676 Halaman, 20 cm
Tahun Terbit                      : Januari 2015
Genre                                   : Novel Islami

Haruskan Cinta Ini Kompromi?
Oleh: Titiana Adinda

Pernikahan Khumairah dengan Zidan sudah masuk tahun ke-5, tetapi belum juga dikaruniani anak. Dari sinilah persoalan rumah tangganya bermula. Pada kesempatan menunaikan ibadah haji inilah dia bermunajat dengan penuh harap kepada Allah SWT agar bisa mengandung dan melahirkan anak kandung.

Selama menunaikan ibadah haji kali ini, Khumairah kerap kali ditinggal sendirian oleh suaminya dengan alasan beribadah lebih di tanah suci sehingga kerap kali tertidur di lokasi ibadah. Khumairah tidak protes sebab dia tahu kesempatan berhaji adalah waktu yang terbaik untuk melakukan ibadah dan itu hak Zidan sebagai manusia untuk mendekatkan diri pada Rabbnya.

Sampai suatu ketika Khumairah mendapati kenyataan dia melihat Zidan sedang berjalan mesra dengan perempuan lain di sebuah toko perhiasaan saat Khumairah hendak memperbaiki gelang miliknya yang rusak di toko perhiasaan langganan di Medinah.

Hancur lebur perasaan Khumairah menyaksikan itu. Tapi dia tidak ingin merusak ibadah hajinya. Amarahnya ditahannya. Dia harus menerima kenyataan bahwa suaminya sudah menduakannya. Mungkin karena dirinya tidak bisa memberinya anak sehingga suaminya mencari perempuan lain yang lebih subur, begitu pikir Khumairah.

Khumairah tidak sendirian menyaksikan pengkhianatan suaminya, dia melihat hal tersebut bersama Gibran. Laki-laki Indonesia keturunan Arab yang menolongnya saat Khumairah pingsan ketika mencari-cari Zidan yang tidak pulang ke hotel tempat mereka menginap beberapa hari sebelumnya. Khumairah amat marah pada Zidan sekaligus menyalahkan dirinya sendiri. Khumairah menjadi dingin ketika berhadapan dengan Zidan setelahnya. Dia menunggu saat yang tepat untuk menyampaikan amarahnya atas perselingkuhan suaminya.

Beberapa hari kemudian, Khumairah menolong seorang perempuan yang terhimpit di lautan manusia saat di masjidil haraam. Refleks Khumairah menolong perempuan tersebut. Perempuan tersebut sangat lemas dan mengaku sangat pusing hingga akhirnya pingsan. Khumairah membawanya ke rumah sakit terdekat. Khumairah terkejut, karena perempuan yang ditolongnya adalah perempuan yang dilihatnya bermesraan dengan suaminya. Tetapi naluri kemanusiaan mengatakan dia harus menolong perempuan tersebut. Sampai Humairah tahu perempuan itu sedang hamil anak dari Zidan.

Hal itu makin memaksanya untuk lebih kompromi dengan keadaan, bahwa suaminya akan memiliki anak meski bukan dari rahimnya. Rasanya tak sampai hati dia mempertanyakan dan mempermasalahkan perselingkuhan suaminya karena dia tahu suaminya amat menginginkan anak.

Sampai tiba di Jakarta Khumairah justru disibukkan oleh aktivitasnya sebagai dokter spesialis kandungan. Jadwal praktek dan banyaknya pasien yang harus ditanggani membuatnya sejenak lupa akan pengkhiatan suaminya. Sampai suatu hari dia mendapati Viola selingkuhan suaminya menjadi pasien untuk memeriksakan kandungannya. Viola memang sengaja mencari tempat praktek Humairah yang dikenalnya bernama dokter Ira. Dengan perasaan berkecamuk, dia wajib melakukan tugasnya sebagai dokter kandungan untuk memeriksa kandungan Viola hingga melahirkan nanti.

Saat Viola melahirkan, kondisi abnormal terjadi. Viola mengalami pendarahan hebat. Akhirnya Viola harus mengoperasinya walaupun dengan resiko kematian pada Viola. Tetapi Khumairah amat yakin bisa menyelamatkan Viola dan bayinya. Saat melahirkan itulah saat paling menyedihkan baginya karena mau tidak mau dia harus bertemu dengan Zidan ayah dari anak tersebut.

Zidan kaget luar biasa mengetahui Khumairah lah dokter yang membantu Viola istrinya juga untuk melahirkan. Babak baru kehidupan pernikahan Khumairah dengan Zidan terjadi. Zidan merasa bersalah meskipun itu tidak disampaikan kepada Khumairah. Akhirnya mereka bertengkar dan memutuskan bahwa Zidan harus menceraikan Khumairah. Pantang bagi Khumairah untuk meminta cerai walaupun dia telah tersakiti.

Akhirnya perceraian pun terjadi. Khumairah kini sendiri. Setelah masa Iddah Khumairah pergi ke Lombok bersama rekan-rekan sejawatnya. Di sana dia bertemu dengan Gibran, lelaki yang menolongnya saat pingsan di tanah haraam sekaligus menjadi saksi perselingkuhan Zidan. Gibran bahagia bukan kepalang, dia memendam kerinduan mendalam pada Khumairah.

Mulailah cerita cinta baru terjadi pada diri Khumairah. Dia bersikap hati-hati pada laki-laki lain yang bermaksud hendak masuk dalam kehidupannya. Khumairah memiliki dokter Firly sahabatnya yang setia menjadi tempat curhatnya. Bahkan ketika Gibran mendekatinya. Tentu saja Firly mendorong Gibran untuk mendekati Khumairah karena dia melihat Gibran sungguh tepat mendampingi Khumairah.

Sampai suatu ketika mereka melakukan umroh bersama. Di umroh tersebutlah Gibran meminang Khumairah. Dia bermaksud menjadi kekasih dan calon suami Khumairah. Gibran tidak peduli akan status pernikahan Khumairah juga kondisi rahim Khumairah yang sulit untuk mendapatkan keturunan. Khumairah bersedia menjadi istrinya tetapi rasanya itu hanyalah mimpi karena Khumirah sudah divonis dokter kanker ovarium stadium 2.

Saat bersamaan Zidan juga menunaikan ibadah umroh. Dia sudah bercerai dengan Viola. Karena Viola merasa bersalah kepada dokter Khumairah yang telah membantu persalinannya. Viola juga merasa Zidan tidak lagi hangat terhadapnya dan hanya memikirkan Khumairah saja. Hal itu jelas terlihat dalam sikap sehari-hari Zidan.

Khumairah terjatuh dan masuk rumah sakit. Khumairah tak sadarkan diri. Saat-saat itulah hati Gibran terpanggil ingin menikahi Khumairah segera. Gibran menelpon bapak dan ibu Khumairah untuk memohon restu. Akhirnya terjadilah pernikahan itu. Gibran berjanji akan merawat Khumairah hingga sembuh dan pulih dari kanker ovarium yang diidap oleh Khumairah.

Sebagai seorang yang sudah sangat berpengalaman menulis naskah skenario, Nucke Rahma dengan sangat baik menulis narasi novel ini. Dia begitu detail menggambarkan situasi atau mendeskripsikan sesuatu sehingga seolah-olah pembaca melihat dan mengalami sendiri apa yang terjadi dengan tokoh dalam novel ini. Diksinya pun sangat baik, sehingga sebagai pembaca novel ini, saya seolah-olah bisa membayangkan bagaimana tempat dan keadaan saat menunaikan ibadah haji seperti saat ibadah di Medinah, Mekkah atau berbelanja di Jeddah seperti yang dilakukan tokoh-tokoh dalam novel ini.

Nampaknya Nucke Rahma ingin juga mengajak pembaca mengkaji nilai-nilai Islam dengan kerap kali mengutip ayat Qur’an dan Hadist. Sehingga bila para pembaca adalah seorang yang religius, saya yakin akan menyukai novel ini. Mengingatkan nilai yang paling hakiki dari kehidupan bahwa semua hal terjadi karena kehendak-Nya dan kita harus tetap berbuat baik dan ikhlas dalam menolong terhadap sesama manusia betapapun itu berat untuk dilakukan. Seperti ketika Khumairah dihadapkan pada kenyataan dia harus melakukan perawatan kehamilan hingga proses melahirkan Viola yang tak lain adalah istri kedua suaminya.

Novel ini sangat baik dibaca oleh umat muslim untuk meniru sosok Khumairah yang tegar, tabah dan istiqamah ketika menghadapi persoalan hidup. Selalu menyerahkan segala keputusan terbaik kepada Allah SWT dan selalu meminta lewat do’a agar selalu berada dalam lindungan-Nya.

Kiranya syi’ar yang ingin disampaikan Nucke Rahma tentang nilai-nilai kejujuran, ketegaran, pasrah, dan kesetiaan berhasil tertulis dalam rentetan cerita dalam novel ini. Membaca novel cukup tebal ini memberikan kenikmatan bagi pembaca. Secara emosi terbawa perasaan terhadap penderitaan Khumairah tetapi disaat yang sama merasakan ketegaran hatinya. Novel yang berhasil mengaduk-aduk perasaan saya sebagai pembaca. Seolah-olah apa yang terjadi pada Khumairah juga terjadi pada saya sendiri.


Selamat membaca J