Monday, December 7, 2009

[Resensi] Beratnya Jadi Perempuan


[Resensi] Beratnya Jadi Perempuan J

Judul Buku : Wanita, Karier, dan Rumah Tangga

Penulis : Nagiga dan Dian Ibung, Psi

Genre : Kisah Nyata (True Story)

Penerbit : Elex Media Komputindo (Gramedia Group)

Tahun Terbit : 2009

Harga : Rp 37.800,-

Beratnya Jadi Perempuan J

Oleh : Titiana Adinda (Penulis dan Aktivis Perempuan)

Membaca buku ini sungguh menyenangkan karena penulisnya cukup pandai menyusun kalimat. Tidak terasa jika membaca 15 kisah nyata dalam buku ini. Format buku ini yang dimulai dengan penggambaran kasus atau permasalahan yang terjadi sangat apik ditulis oleh Nagiga. Begitu juga dengan pembahasan alternatif solusinya oleh Dian Ibung, Psi.

Mencari buku ‘saran’ terhadap permasalahan yang dihadapi oleh perempuan memang susah-susah gampang. Baca saja rubrik konsultasi psikologis yang bertebaran di berbagai media massa. Tidak semuanya memiliki perspektif ramah terhadap perempuan. Yang terjadi justru sebaliknya yaitu psikolog menyalahkan perempuan tersebut. Banyak psikolog yang terjebak pada peran domestik perempuan. Yang hanya menilai perempuan hanya punya kewajiban di dapur, sumur dan kasur saja.

Permasalahan perempuan didalam buku ini sungguh sangat kentara dikisahkan. Dari mulai karier, jodoh dan rumah tangga. Misalnya pada kisah yang berjudul “Menunggu Jodoh “ terlihat sekali bagaimana perempuan telah ditempatkan oleh masyarakat kita untuk lebih memilih laki-laki ketimbang memajukan kariernya. Topik tentang perempuan sebagai pemimpin di kantor (istilahnya bos) juga dikisahkan dengan sangat baik oleh penulisnya. Ketika membaca buku ini. Kita seolah-olah melihat permasalahan itu lekat dengan kita sebagai perempuan jadi kita seakan-akan larut dalam kisah yang diceritan, seperti diri kita yang menjadi subyek kisah tersebut.

Tetapi sangat disayangkan pemilihan kata wanita lebih banyak dipakai daripada perempuan. Buat para aktivis perempuan pemilihan kata menentukan nilai ideologis politik seseorang. Kata wanita yang dipahami berasal dari kata wani-ditata (berani ditata) menempatkan perempuan sebagai subyek nomer dua. Sedangkan kata perempuan yang berasal dari kata pere dan empu yang berarti orang yang pandai dinilai lebih menempatkan perempuan sebagai subyek sejajar dengan laki-laki. Saya tidak mengetahui mengapa didalam buku ini ada yang menggunakan kata perempuan dan kata wanita bahkan dalam pemilihan judulnya menggunakan kata wanita. Mudah-mudahan pemilihan kata wanita pada judul dan penuturan kisah di dalamnya bukan karena alasan politis ideologis tetapi karena tren pasar saja.

===

http://titiana-adinda.blogspot.com

http://buku-buku-dinda.blogspot.com